Posting kali ini akan coba membahas tentang perpaduan budaya yang terdapat dalam label kemasan Aldina itu. Dari tampak depan kemasannya dapat kita lihat adanya perpaduan dari tiga budaya yaitu, Indonesia, budaya Tiong Hoa, dan pengaruh budaya Timur Tengah. Kita bisa melihat pengaruh Budaya Timur Tengah dari adanya gambar lampu aladin dan ama Aladina. Sedangkan pengaruh budaya Tiong Hoa terlihat pada adanyaa gambar Buddha, Ginseng, dan huruf-huruf mandarin. Sedangkan Untuk budaya Indonesianya sendiri terlihat [ada gaya tulisan Jamu di sudut kanan atas.
Untuk bisa sedikit memahami hal ini saya akan mencoba menceritakan sedikit sejarah yang terjadi di Indonesia.
Sejak Indonesia merdeka, Indonesia mulai terbuka dengan dunia luar. Banyak pedagang dari mancanegara yang masuk ke Indonesia, baik dari China maupun Timur Tengah (khususnya Arab). Ketika tiba di Indonesia para pedagang ini bukan hanya berdaganga tapi juga sekaligus membawa kebudayaan mereka masuk ke dalam kehidupan Indonesia apalagi setelah itu banyak juga dari mereka yang menetap di Indonesia.
Oleh karena itu kita akan menemukan adanya sebuah perkampungan orang-orang Arab di Jakarta misalnya ada yang di sbut Arab awab (di daerah Jakarta Timur), dan Arab krukut (di daerah Jakarta Barat). Kehidupan mereka berjalan selaras dan harmonis baik dengan warga pribumi sendiri maupun dengan sesame warga pendatang lainnya seperti masyarakat Tiong Hoa. Hal ini sudah berlangsung sejak dari dulu (saya saja tahu cerita ini dari mama saya, yang diceritain sama nenek saya lagi). Jadi bukanlah hal yang janggal jika kemasan ini terdiri dari beberapa budaya sekaligus.
Bahkan sebelum berhubungan baik di Indonesia, orang-orang China telah lebih dulu menjalin hubungan baik dengan orang-orang Arab. Seperti yang kita tahu China adalah yang pertama kali menemukan kertas dan teknik cetak, selain itu kemajuannya di bidang astronomi telah jauh lebih unggul pada masanya. Jadi, ketika itu orang orang China mengadakan perjalanan ke Timur Tengah akhirnya tiba di Arab, di sana mereka saling bertukar kebudayaan. Arab mempelajari teknik cetak china untuk menyalin ayat-ayat kitab suci mereka ke atas kertas agar lebih mudah penyimpanannya dan juga lebih awet (sebelumnya mereka menulisnya di atas kulit kayu atau kulit hewan), sedangkan bangsa China juga jadi mengenal kebudayaan Islam yang ada di Arab. JAdi ketika mereka bertmu lagi saat berdagang di Indonesia hubungan keduanya cukup baik terjalin.
Dari sinilah saya mengira … si pembuat kemasan ini atau mungkin juga pemilik pabriknya ini ingin menunjukkan bahwa obat ini bisa digunakan oleh siapa saja, bukan khusus untuk orang-2 Tiong Hoa saja atau untuk orang Arab saja, atau untuk orang Indonesia saja. Dari hal ini terlihat bahwa si pembuat kemasan ini dan juga mungkin si pemilik pabriknya ini telah memperhatiakan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Sehingga ia membuat produknya agar bisa diterima semua kalangan.
sekian dulu d ya... tdna mw crt ttg ginseng juga tapi nana uda post y ud.. kita sambung lagi ntar...